Sabtu, 14 Juni 2014

Karya Siswa Sendiri

Kemarin, ada anak tetangga yang datang ke rumah.
“Mbak, buatin prakaryaku.”
“Lho?? Memangnya buat apa?” tanya saya.
“Alat musik terus ditempel-tempel, Mbak.”
“Nanti kalau Mbak yang buat berarti Mbak yang dapat nilai dong.”
“Hehehe...ya ndak, aku yang dapat nilainya. Lha suruh cari di warnet. Warnet situ kan tutup. Piye?”
“Memangnya kamu bisa buka internet?” tanya saya penasaran.
“Nggak. Ya, mas e to yang buka.”
Oalah. Hehehe.
***
Kira-kira seperti itulah ilustrasi obrolan saya dengan anak tetangga yang kemudian diikuti juga dengan keponakan saya yang sekelas dengan dia. Ehm, mereka itu kelas 3 SD. Karena Sabtu ini adalah hari UKK yang terakhir, mereka disuruh membuat karya. Tapi kok justru orang lain yang membuat.

Karya yang mereka buat adalah papan gambar alat musik. Mereka harus mencari gambar alat musik di internet kemudian diberi keterangan nama bagian-bagian alat musik tersebut dan tidak lupa diberi nama kelompok. Berikut penampakannya.

Tanpa ada maksud untuk menggurui, paling tidak sejelek apapun karya siswa, itu adalah hasil siswa sendiri dan harus dikerjakan di sekolah tidak di rumah. Karena ini adalah hasil kerja siswa.

Kenapa seperti itu? Banyak hal.
  1. Guru akan tahu seberapa jauh kemampuan siswa.
  2. Meningkatkan kreativitas siswa.
  3. Melatih siswa untuk mengapresiasi karya sendiri maupun orang lain.
  4. Tidak menyusahkan orang tua.


Untuk poin yang terakhir ini adalah poin yang paling menimbulkan polemik di kalangan ibu rumah tangga. Iya, kalau ibunya bisa membuatkan karya sesuai dengan yang diminta guru? Kalau tidak? Perang duniaaa deh *lebay. 

Hal itulah yang terjadi pula di lingkungan saya. Jujur, saya memang mendapat keuntungan dari kejadian tersebut. Karena ada beberapa siswa yang datang ke rumah untuk meminta tolong dibuatkan, pundi-pundi uang datang deh. Tapi ini nggak yes banget. Ini pembodohan.

Banyak hal yang bisa guru laksanakan untuk memperoleh nilai keterampilan siswa. Contohnya.
  1. Membuat origami, setiap siswa iuran 200, kemudian uang dikumpulkan untuk membeli kertas origami. Guru bisa memilih cara membuat origami bentuk hewan atau bunga (semampu guru kalau perlu cari di internet kan banyak ya? Jangan lupa disesuaikan dengan kemampuan siswa). Kemudian saat hari H, kertas origami itu dibagikan ke siswa dan guru bersama siswa bisa praktik bersama.
  2. Membuat gantungan kunci dari kain flanel. Siswa cukup iuran 2000-3000 untuk membeli kain flanel dan gantungan, nanti bersama-sama bisa membuat di kelas. Hasilnya bisa digunakan siswa untuk gantungan tas maisng-masing. Ini akan sangat berkesan.
  3. Membuat boneka jari dari kertas seperti yang pernah saya ulas di sini. Ini sangat murah. Bahkan tidak perlu modal uang. Siswa hanya membuat crayon atau pensil warna dan lem.


Masih banyak lagi kegiatan yang bisa guru dan siswa lakukan. Tak harus yang mengeluarkan dana banyak. Murah saja ada kenapa harus mahal? Sebagai guru memang harus jeli dengan lingkungan, karena lingkungan sekitar telah menyediakan semuanya. Ah, terima kasih untuk pelajarannya :D Semoga suatu hari jika saya jadi guru yang bisa memberikan yang terbaik untuk siswa saya.

12 komentar:

  1. KReatifitas perlu ditingkatkan untuk bekal para siswanya...

    BalasHapus
  2. udah jadi rahasia umum, kalau anak SD ada tugas prakarya pasti yang ribet emak atau bapaknya,, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...rahasia yang umum ya. Berarti memang perlu ada pembenahan nih.

      Hapus
  3. Kayaknya hampir semua gitu... kalau anak anak yang dapat tugas , yang biasa repot orang tua sama kakaknya

    BalasHapus
  4. ciye bu guru..aku mau donk dibuatin jugag :D
    tar nilainya dibagi dua deh :D

    BalasHapus