Rabu, 08 Januari 2014

Si Senyum Tipis


Rindu ingin segera bertemu dengan dia begitu menggebu. Senyumnya yang tipis, itulah yang selalu ku rindukan darinya. Berangkatlah aku, tepat pukul 15.30 WIB. Ku kendarai motorku dengan kecepatan 50 km/jam. Tak lama, 10 menit kemudian aku sudah sampai di teras rumahnya. Ku parkirkan motorku, ku tengok ruang kerja ayahnya. Ada seorang perempuan, tapi tak ada ayahnya.

“Permisi...”
Kulihat ayah dan ibunya ada di ruang tamu. Ku dipersilahkan duduk dan tak lama ku lihat si empu senyum tipis muncul dari balik tirai.
Aku rindu.

“Halo, apa kabar Mas Nicho?”

Dia adalah Nicho. Murid les ku semenjak 1 tahun lalu (Kelas 5 SD). Semenjak bulan September lalu aku tak bertemu dengannya karena kesibukanku PPL dan KKN.

“Mbak Ika kangen deh sama Mas Nicho, tapi Mbak Ika juga tahu Mas Nicho nggak mungkin kangen sama Mbak Ika. Iya kan?” godaku padanya dan dia hanya tersenyum, masih tipis.

Sebelum les dimulai, aku bercerita sebentar untuk mencairkan suasana sore itu. Terlebih lagi dia tak seperti murid les ku yang lainnya, dia spesial. Bahkan saking spesialnya dia tak mau les selain les denganku. Pernah, ketika ayahnya memintanya untuk les juga (selain denganku) di salah satu bimbel terkenal berinisial P, dia hanya berangkat 3 bulan dan akhirnya tak mau berangkat lagi. Aneh, padahal uang pembayaran di bimbel tersebut sudah dibayar selama 1 tahun.

"Wis pokoke sama Mbak Ika saja." kata ayahnya suatu hari.

Nicho itu anak yang cerdas, hanya saja perlu perhatian khusus. Dia tak banyak bicara, bahkan menurutku sangat kurang. Selain itu, dia juga sangat tertutup. Ayah ibunya yang sering cerita kepadaku, bahkan memintaku untuk mengajarinya untuk lebih berani berbicara ataupun mengutarakan pendapatnya baik di dalam keluarga maupun di sekolah.

Pernah suatu hari ketika perayaan hari natal tahun 2012, Nicho mau ikut acara drama di gereja sebagai gembala. Walah, ibunya senang sekali. Ya, itu kali pertama Nicho mau terjun ke masyarakat. Alhamdulillah, aku ikut senang.

Ada yang buatku sedih di awal pertemuan kami kemarin.
“Mbak, kemarin ditinggal sama Mbak Ika nilainya Mas Nicho turun. Tidak mau belajar dia maunya belajar sama Mbak Ika.” terang ibunya.

Ya Allah...

Banyak pertanyaan yang muncul dalam hatiku, masak iya dia segitu mencintaiku? Masak iya dia begitu tergantung padaku? Bagaimana nantinya kalau dia sudah SMP? Apakah aku akan terus-terus-an jadi guru privat dia?

Nicho..Nicho...
Kamu itu tetaplah anak yang unik.
Paling tidak aku akan berusaha yang terbaik agar kamu bisa jadi anak yang cerdas!


Nicho yang mengenakan baju garis-garis lho ya?


2 komentar: